
Setelah mendengar teriakan yang sangat merdu itu, kami betiga memutuskan untukmemberi makan cacing yang ada dalam perut kita. tanpa pikir panjang kita memanggil dengan penuh gairah "Bulik....tumbas"(gak gaul banget). Setelah mendengar paduan suara kami bertiga, skhirnya sang penjual semanggi tesebut behenti.
Setelah menunggu beberapa saat, penjual semanggi tersebut mengeluarkan beberapa daun pisang dan memberinya cempuran beberapa daun lain. dan akhirnya penantian panjang kita telah selesai. kamipun hendak les, tapi disinilah mesalahnya muncul.
"dunk, aq bayarono disik yo...! engkok tak bayar ning les!", kataku
"Up, 2 u", si Dadang nyautin.
Dan akhirnya kami bertigapun dibayarai ama dadang,
"Buk pinten buk?", tanga si dadang.
"Niki kabeh, Rp 7500", jawab penjual semanggi tersebut.
Dadang-pun akhirnya mengeluarkan selembar sepuluh ribuan dari dompetnya, setelah melihat-lihat, dadang pun tetarik mewncicipi kerupuk yang dijual oleh penjual semanggi tersebut.
Dan pertanyaan yang tak diduga keluar dari mulut Andi, "Buk, lap-e ning pundi?", tanya Andi.
Mungkin saking konsentrasinya sang penjual semanggi kepada Dadang, Penjual semanggi itupun menjawab dengan weajah tanpa dosa "limanatusan cung..."!, kami bertiga kaget, apakah didunioa ini ga' ada yang gratis, masa' mau pinjem lap aaja harus beyar Rp.500,-.
Setelah menunggu beberapa saat, penjual semanggi tersebut mengeluarkan beberapa daun pisang dan memberinya cempuran beberapa daun lain. dan akhirnya penantian panjang kita telah selesai. kamipun hendak les, tapi disinilah mesalahnya muncul.
"dunk, aq bayarono disik yo...! engkok tak bayar ning les!", kataku
"Up, 2 u", si Dadang nyautin.
Dan akhirnya kami bertigapun dibayarai ama dadang,
"Buk pinten buk?", tanga si dadang.
"Niki kabeh, Rp 7500", jawab penjual semanggi tersebut.
Dadang-pun akhirnya mengeluarkan selembar sepuluh ribuan dari dompetnya, setelah melihat-lihat, dadang pun tetarik mewncicipi kerupuk yang dijual oleh penjual semanggi tersebut.
Dan pertanyaan yang tak diduga keluar dari mulut Andi, "Buk, lap-e ning pundi?", tanya Andi.
Mungkin saking konsentrasinya sang penjual semanggi kepada Dadang, Penjual semanggi itupun menjawab dengan weajah tanpa dosa "limanatusan cung..."!, kami bertiga kaget, apakah didunioa ini ga' ada yang gratis, masa' mau pinjem lap aaja harus beyar Rp.500,-.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar